Jakarta, CNNIndonesia —
Sebanyak 1.200 pengunjuk rasa yang merupakan pendukung mantan Presiden Jair Bolsonaro dilaporkan ditangkap oleh polisi anti huru hara Brazil.
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva memerintahkan polisi untuk segera mengambil tindakan terhadap pengunjuk rasa yang menyerbu Istana Kepresidenan Planalto, Mahkamah Agung, dan gedung parlemen.
Ratusan petugas polisi juga mengepung sebuah kamp protes di luar Markas Militer Brasilia.
Pendukung Bolsonaro telah berkumpul di depan markas militer dalam beberapa pekan terakhir dengan harapan meyakinkan militer untuk melakukan kudeta terhadap Presiden Lula.
Sementara itu, Ketua Mahkamah Agung Federal Brasil, Alexandre de Moraes memerintahkan angkatan bersenjata untuk membongkar semua kamp pendukung Bolsonaro di seluruh negeri dalam waktu 24 jam.
Dia meminta polisi untuk menangkap dan memenjarakan pengunjuk rasa yang tersisa di kamp.
De Moraes juga memerintahkan Gubernur Brasilia, Ibaneis Rocha, untuk dicopot dari jabatannya selama 90 hari karena dianggap tidak mampu menjaga keamanan.
“Setiap orang yang berpartisipasi atau mendanai ‘kejahatan serius’ (demonstrasi) Minggu ini sedang diidentifikasi dan semua orang akan diadili secepatnya Senin atau dalam beberapa hari ke depan,” kata Menteri Kehakiman Brasil Flávio Dino, seperti dikutip oleh Mandiri, Senin (9/1).
Dino menambahkan pihak berwenang telah mengidentifikasi plat nomor bus yang membawa “penjahat” tersebut ke Brasilia.
Sebelumnya, para pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro menerobos pembatas dan memasuki tiga gedung institusi penting, yakni Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan Planalto di Brasilia.
Menurut laporan media lokal yang dikutip Reuters, sekitar 3.000 orang terlibat dalam demonstrasi dan kerusuhan tersebut.
Para pengunjuk rasa menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap hasil putaran kedua pemilihan presiden pada 30 Oktober.
Dalam pemilihan tersebut, Luiz Inacio Lula da Silva menang tipis atas Bolsonaro. Lula dilantik sebagai presiden pada 1 Januari.
Bolsonaro meragukan kredibilitas sistem pemungutan suara negara itu. Pendukung garis kerasnya juga mempertanyakan hasil pemilu.
Beberapa video yang beredar di berbagai jejaring sosial memperlihatkan pengunjuk rasa menghancurkan pintu dan jendela gedung, kemudian menghancurkan ruangan di dalamnya.
Di tengah kekacauan, Lula menandatangani dekrit tentang intervensi federal di Brasilia. Keputusan ini memberikan kekuasaan khusus kepada pemerintah untuk memulihkan hukum dan ketertiban di ibukota.
“Kaum fasis melakukan sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah negara ini. Kami akan memburu hama ini, dan mereka akan dihukum sesuai,” kata Lula.
(tim/isn)
[Gambas:Video CNN]