Jakarta, CNNIndonesia —
Administrasi Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) pernah membuat Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat bulan pada tahun 1969. Meski begitu, mendaratkan manusia dan pesawat ruang angkasa bukanlah tugas yang mudah.
“Hanya karena kita ada di sana 50 tahun lalu, bukan berarti kita bisa melakukannya dengan lebih mudah,” kata Csaba Palotai, Ketua Ilmu Antariksa di Departemen Fisika, Astronautika, dan Ilmu Antariksa di Florida Institute of Technology.
Mengutip Mashable, saat pesawat luar angkasa mendarat di Bumi, mereka menggunakan atmosfer untuk melambat. Namun hal yang sama tidak bisa dilakukan di Bulan karena atmosfernya sangat tipis.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Artinya, pesawat hanya mengandalkan propelan untuk melambat. “Tidak ada atmosfer sehingga kita tidak bisa mengapung. Tidak ada yang bisa memperlambat Anda kecuali mesin Anda sendiri,” kata Palotai.
Hal ini membuat astronot memiliki sedikit ruang untuk kesalahan karena jumlah propelan yang terbatas. Padahal, NASA menyediakan bahan bakar yang cukup untuk mengantisipasi hal yang tak terduga.
Namun, astronot tidak bisa serta merta menggunakannya sembarangan. “Ini benar-benar misi eksekusi satu kali,” kata Palotai.
Selain itu, ketiadaan sistem GPS (Global Positioning System) juga membuat pendaratan di Bulan menjadi sulit. Alhasil, NASA masih harus menggunakan sistem navigasi ‘jadul’ yang mereka gunakan saat pendaratan Armstrong dan Aldrin.
“GPS tidak berfungsi di Bulan,” kata Tom Percy, kepala insinyur Sistem Pendaratan Manusia di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Marshall.
NASA akan mengandalkan komputer di pendarat Bulan untuk menghitung cara menjaga pesawat tetap pada jalurnya untuk titik pendaratan tertentu. Pada saat yang sama, astronot harus memiliki kemampuan mengendalikan pesawat seperti yang dilakukan Neil Armstrong.
Namun, masalah GPS tampaknya lebih cepat diselesaikan. Meluncurkan Space, para insinyur dari Inggris sedang menguji perangkat yang membuat GPS berfungsi di Bulan.
Perangkat tersebut diuji sebelum pertunjukan misi pada tahun 2024. Perangkat tersebut, yang disebut NaviMoon, dirakit oleh perusahaan Space PNT yang berbasis di Swiss untuk Badan Antariksa Eropa (ESA).
“Hari ini, kami menentukan posisi pesawat luar angkasa di Bulan menggunakan piringan satelit yang terletak di Bumi,” kata CEO Space PNT, Cyril Botteron.
“Tapi, karena Bumi berotasi, Anda membutuhkan banyak stasiun dan juga beberapa teknologi mahal di satelit. Menggunakan penerima GPS akan membuat proses ini lebih murah,” tambahnya.
Dengan menggunakan sistem NaviMoon, para insinyur dapat memperluas jangkauan GPS hingga ke permukaan Bulan. Pertama, mereka menggunakan sistem NaviMoon di satelit untuk menentukan posisi satelit.
Kemudian, satelit akan mengirimkan sinyal ke wahana dan astronot di Bulan. Dengan konstelasi empat atau lima satelit, para insinyur bisa mendapatkan cakupan penuh dari permukaan Bulan termasuk sisi gelapnya.
Hanya saja, membuat GPS berfungsi bukanlah pekerjaan mudah. Pasalnya, jarak Bulan dari Bumi adalah 385 ribu km.
Jarak itu berada di luar jangkauan beberapa satelit yang ada. Kendati demikian, para insinyur yakin NaviMoon akan dapat menentukan posisi satelit yang mengorbit Bulan dengan akurasi sekitar 100 meter.
[Gambas:Video CNN]
(1)
[Gambas:Video CNN]