Jakarta, CNBC Indonesia – Proyek hilirisasi coal to dimethyl ether (DME) berlanjut setelah Air Products and Chemicals Inc, perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS), resmi menyatakan mundur dari proyek ini. Namun, kini China mulai memperhatikan proyek ini yang masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Idris Sihite mengatakan, perusahaan asal China sudah melakukan presentasi untuk melanjutkan proyek DME ini, khususnya proyek DME dengan PT Kaltim Prima Coal.
Perusahaan China yang dimaksud adalah Sedin Engineering Company Ltd, atau perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan petrokimia.
“Presentasi dengan beberapa perusahaan (tidak hanya KPC). Kami tidak mengundang mereka, mereka memberikan paparan di perusahaan yang saya kenal, tolong B to B saja mereka,” ujar Idris Sihite saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM. , dikutip Sabtu (18/3/2023).
Idris Sihite menegaskan selain Air Products, masih banyak perusahaan lain yang juga bisa mengembangkan hilirisasi batu bara menjadi DME. Hanya saja, sejauh ini visi Indonesia tidak terlalu luas.
“Tidak hanya Air Products yang bisa melakukan DME, kami juga ada yang bisa. China juga bisa,” kata Idris Sihite.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan masukan kepada Air Products dari proyek hilirisasi batubara tersebut.
Luhut mengatakan saat ini pemerintah sedang melakukan pembahasan penting terkait kelanjutan program hilirisasi batubara Indonesia.
“Saya kira masih ada (pembicaraan) teknis yang harus diselesaikan. Kita lihat nanti (mengenai penggantian),” kata Luhut saat ditemui di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Seperti diketahui, Air Products memutuskan keluar dari konsorsium proyek hilir batu bara menjadi DME dengan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan juga PT Pertamina (Persero). Padahal, proyek pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG) ini akan dibangun di Sumatera Selatan.
Tak hanya itu, Air Products juga memutuskan keluar dari proyek DME yang bekerja sama dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC).
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
AS Tinggalkan Proyek Kesayangan Jokowi, Ini Alasannya..
(cap/luc)