Jakarta –
Alam Semesta sangat berbeda ketika masih muda. Baru-baru ini, para astronom menemukan bahwa fisika kompleks kosmos muda mungkin telah menyebabkan perkembangan bintang supermasif, masing-masing berbobot hingga 100.000 kali massa Matahari.
Saat ini kami tidak memiliki pengamatan tentang pembentukan bintang pertama di Alam Semesta yang diperkirakan terjadi ketika kosmos kita baru berusia beberapa ratus juta tahun.
Untuk memahami zaman yang penting ini, para astronom beralih ke simulasi komputer yang canggih untuk menguji model bagaimana bintang pertama terbentuk.
Selama bertahun-tahun, para astronom bergumul dengan pertanyaan tentang ukuran khas bintang-bintang pertama. Beberapa perkiraan awal menunjukkan bahwa bintang pertama mungkin ratusan kali lebih besar dari Matahari kita saat ini, sementara simulasi selanjutnya menunjukkan bahwa ukurannya lebih normal.
Baru-baru ini, tim peneliti telah menyusun putaran baru simulasi dan sampai pada kesimpulan yang sangat mengejutkan. Simulasi mereka secara khusus mengamati fenomena yang dikenal sebagai pertambahan dingin. Untuk membangun bintang masif, kita perlu menarik banyak material ke dalam volume yang sangat kecil dengan sangat cepat.
Dan kita perlu melakukannya tanpa menaikkan suhu material, karena material yang lebih panas akan mencegah dirinya dari keruntuhan. Maka diperlukan suatu metode untuk menghilangkan panas dari material karena material akan cepat runtuh.
Simulasi sebelumnya telah menemukan penampakan kantong padat di galaksi awal yang mendingin dengan cepat karena memancarkan radiasi, tetapi tidak memiliki resolusi yang diperlukan untuk mengikuti evolusi selanjutnya.
Penelitian baru mengambil langkah lebih jauh dengan memeriksa bagaimana perilaku kantong padat dingin yang awalnya terbentuk di awal alam semesta.
Simulasi ini mengungkapkan bahwa aliran besar materi dingin dan padat dapat menimpa piringan akresi di pusat gumpalan materi raksasa. Saat itu terjadi, gelombang kejut akan terbentuk. Gelombang kejut dengan cepat menggoyahkan gas dan memicu keruntuhan segera kantong-kantong material yang besar.
Kantong besar bisa puluhan ribu kali lebih besar dari Matahari, dan dalam beberapa kasus bahkan 100 ribu kali lebih besar dari Matahari. Tanpa ada yang menghentikan keruntuhannya, mereka segera membentuk bintang raksasa, yang dikenal sebagai bintang supermasif.
Para astronom belum mengetahui apakah bintang supermasif terbentuk di awal alam semesta. Mereka berharap pengamatan di masa depan menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb akan mengungkapkan petunjuk tentang pembentukan bintang dan galaksi pertama dan menentukan apakah raksasa ini muncul di Alam Semesta ‘bayi’.
Tonton video “Bersiaplah! Akan ada gerhana matahari langka di Indonesia”
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)