Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak sawit mentah (CPO) turun pekan ini. Namun, ke depannya ada pihak yang memperkirakan harga CPO akan naik.
Menurut data Refinitiv, harga kontrak MSM untuk dua bulan ke depan di bursa derivatif Malaysia turun 8,7% menjadi 3.828 ringgit (RM) per ton. Kekhawatiran penurunan permintaan CPO dari China, salah satu konsumen terbesar, memicu anjloknya harga minyak nabati.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
China masih berjuang untuk memerangi kebangkitan infeksi Covid-19.
Seperti dilansir Reuters, hingga 15 November 2022 terdapat 20.199 kasus infeksi, sementara 1.623 kasus bergejala dan 18.576 kasus tanpa gejala.
“Kekhawatiran atas permintaan dari China mungkin mempengaruhi harga,” kata kepala penelitian Sunvin Group di pialang minyak nabati Anilkumar Bagani yang berbasis di Mumbai.
Harga CPO juga tertekan oleh koreksi harga minyak kedelai di Dalian yang berakhir turun 0,42%. Karakteristik MSM sering dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak saingan seperti minyak kedelai, karena bersaing memperebutkan pangsa pasar. Sehingga ketika minyak kedelai melemah, juga akan membebani harga MSM.
Sementara itu, dalam beberapa bulan ke depan, permintaan CPO diperkirakan akan kembali meningkat yang membuat harga kembali naik.
Imlek yang jatuh pada Januari 2023, lalu Idulfitri pada April, akan memicu peningkatan permintaan minyak mentah.
Hal itu diungkapkan Ahmad Parveez Ghulam Kadir, Direktur Jenderal Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB) kepada lini bisnis. Ya, dia memprediksi harga MSM akan kembali ke kisaran RM 4.300 – 4.500 per ton.
Sebelumnya, MPOB memperkirakan Indonesia dan Malaysia akan mengalami badai tropis yang masih berlanjut hingga kuartal I 2023, sehingga membuat harga CPO sedikit lebih tinggi untuk saat ini.
MPOB juga memperingatkan bahwa 2023 akan menjadi tahun yang sulit bagi pasar, dengan berlanjutnya cuaca, ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang telah menyebabkan perubahan harga yang meluas tahun ini.
TIM PENELITIAN CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Harga CPO Belum Naik, Raja Sawit Menunggu Gerakan Luhut
(pap/pap)