Jakarta, CNBC Indonesia – Cadangan devisa Indonesia (Cadev) akhirnya meningkat pada November setelah merosot selama 7 bulan berturut-turut. Dengan cadangan devisa yang terus menurun, neraca perdagangan terus mencatat surplus.
Hal ini menimbulkan pertanyaan kemana larinya pendapatan ekspor (DHE) Indonesia?
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengakui, sebagian besar devisa ditempatkan di luar negeri.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Kepatuhan eksportir untuk menaruh dananya di rekening khusus sangat baik, sekitar 93% dana tersebut sudah bisa kita telusuri ekspornya dengan menggunakan dokumen dari bea cukai. Sekarang, masalahnya dana tersebut tidak ada di rekening khusus. ” ujar Destry saat mengumumkan hasil Rapat Dewan Pengurus (RDG) November lalu.
Destry menambahkan, suku bunga yang tidak kompetitif menjadi masalah yang menyebabkan banyak eksportir menaruh dolarnya di luar negeri.
“Kita lihat dan kita coba pelajari, ternyata reward atau bunganya kurang kompetitif, jadi sebenarnya soal persaingan. Dalam keadaan normal, mungkin diberikan rate yang relatif rendah, kita masih cukup oke, tapi dengan situasi saat ini, dolar kekurangan pasokan dan negara-negara lain juga berusaha menarik dolar sehingga tarif yang diberikan oleh bank saat ini tidak kompetitif,” tambahnya.
Ia menambahkan, BI bersama kementerian, lembaga, dan perbankan sedang mengupayakan program khusus yang menarik bagi eksportir agar mau menempatkan devisanya di dalam negeri.
Akibat penempatan dolar AS di luar negeri, cadangan devisa Indonesia terus merosot, hanya meningkat pada November sebesar US$ 3,8 miliar menjadi US$ 134 miliar. Kenaikan ini merupakan yang terbesar sejak Agustus 2021.
“Kenaikan posisi cadangan devisa pada November 2022 dipengaruhi antara lain oleh penerimaan pajak dan jasa, serta penerimaan devisa migas,” tulis BI dalam keterangan resmi hari ini.
Ada kemungkinan eksportir telah menarik dolar AS atau mata uang asing yang ditempatkan di luar negeri. Pasalnya, pemerintah mulai menyoroti DHE yang belum ada di dalam negeri.
Pemerintah dan BI sepakat memberlakukan kembali pembatasan terhadap eksportir yang tidak menyimpan Hasil Ekspor (DHE) di dalam negeri pada September lalu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta BI membuat kebijakan yang bisa membatasi penerimaan ekspor (DHE) di dalam negeri.
Masalah parkir DHE di luar negeri menjadi salah satu penyebab menipisnya cadangan devisa. Padahal, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 30 bulan berturut-turut. Padahal, pada periode Januari-Oktober 2023 tercatat surplus sebesar US$ 45 miliar, sementara cadangan devisa terus menyusut.
“Tentu BI bisa membuat mekanisme agar ada jangka waktu tertentu cadangan devisa yang bisa disimpan dan diamankan di dalam negara,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai Rapat Kabinet Paripurna, Kantor Presiden, Selasa (6/6). /12/2019). 2022).
Dengan mekanisme tersebut, pemerintah berharap dapat melihat hasil yang jelas dari devisa yang dihasilkan setelah neraca perdagangan domestik mencatatkan surplus selama 30 bulan berturut-turut.
TIM PENELITIAN CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Agustus 2022 Cadangan Devisa Indonesia Tetap di US$132,2 Miliar
(pap/pap)