Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah memutuskan untuk memberikan serangkaian insentif dan subsidi guna mendorong percepatan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dalam negeri.
Mulai dari subsidi jutaan rupiah untuk pembelian sepeda motor listrik baru, hingga berbagai insentif fiskal untuk menggairahkan investasi di industri KBLBB dan supply chain-nya.
Industri ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam rantai nilai sumber daya mineral, baterai, dan kendaraan.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Hanya saja, menurut Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu, pengembangan KBLBB dalam negeri akan mengorbankan industri lain. Selain itu, berpotensi menambah permasalahan baru di bidang lingkungan hidup.
Ia menambahkan, tidak menutup kemungkinan masih ada kritik terhadap subsidi dan insentif yang terus menerus diberikan pemerintah untuk KBLBB.
Di antaranya, kata dia, agar subsidi tidak mengganggu anggaran pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
“Program subsidi mobil listrik lebih memberikan insentif kepada pengguna yang sudah memiliki kekayaan. Pembeli mobil listrik cenderung menjadikan kendaraannya sebagai kendaraan kedua, bahkan keempat,” katanya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (24/3/2023).
“Ini bisa memperparah kesenjangan sosial karena konsumen miskin tidak akan bisa membeli kendaraan listrik meski ada subsidi. Jangan lupa kita sekarang memasuki tahun politik,” ujar Yannes.
Lebih parah lagi, lanjut dia, program subsidi kendaraan listrik hanya menguntungkan industri kendaraan listrik.
“Pelan tapi pasti akan menghancurkan ekosistem industri kendaraan konvensional dan mematikan hampir separuh industri komponen yang ada. Dan itu akan membahayakan para pekerja di industri tersebut,” kata Yannes.
Padahal, lanjutnya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang bersaing dengan subsidi kendaraan listrik. Untuk mengurangi polusi udara dan emisi karbon dioksida bahan bakar fosil.
Di sisi lain, katanya, Indonesia merasa penting untuk mengembangkan ekosistem ini karena 23% cadangan nikel dunia dikuasai oleh Indonesia.
“Sehingga bisa menjadi sumber pemasukan baru yang sangat besar bagi negara Indonesia dalam waktu singkat,” ujarnya.
“Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ekosistem mobil listrik bisa berhasil sesuai tujuannya,” tambah Yannes.
Ia memaparkan beberapa faktor yang harus menjadi fokus utama pemerintah dalam menggerakkan ekosistem KBLBB, yaitu:
– investasi besar untuk jaringan infrastruktur pengisian yang luas dan terintegrasi
– memastikan tenggat waktu untuk produksi lokal teknologi baterai yang lebih murah, tahan lama, dan terjangkau
– Peningkatan teknologi pemrosesan untuk bahan baku baterai seperti litium dan kobalt
– mengurangi biaya produksi kendaraan listrik
– Promosi dan edukasi tentang manfaat kendaraan listrik
– menjamin ketersediaan bahan baku, teknologi, sumber daya manusia, dan industri untuk produksi massal kendaraan dan komponen kelistrikan
– kebijakan yang fleksibel dan komprehensif untuk menyeimbangkan kebutuhan produksi dan komponen.
Pemerintah, kata dia, harus mengambil pendekatan yang hati-hati dan berimbang. Disertai dengan evaluasi dan penyesuaian insentif.
“Sepertinya ini masalah yang rumit,”
“Insentif harus memberikan manfaat yang adil, karena program kendaraan listrik mampu mendongkrak perekonomian Indonesia ke urutan ke-4 sebagai negara terkaya di dunia,” pungkas Yannes.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Menperin Minta Doa, Ini Kabar Terbaru Mobil Listrik Subsidi
(dce/dce)