Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengaku pemerintah akan melakukan berbagai upaya demi mencegah dampak perubahan iklim dunia. Dari sisi transisi energi, menurutnya pemerintah akan turut mendorong pengembangan bioenergi, selain juga mendorong berkembangnya kendaraan listrik di Tanah Air.
“Dunia sekarang ini sedang transisi menuju ekonomi hijau, semua negara mengarahkan karena kita takut terhadap perubahan iklim yang ada. Di semua negara ini daur ulang sampah dikerjakan, produk-produk industri hijau dikerjakan, kendaraan listrik semua dibangun di negara yang siap, biodiesel digunakan, bioetanol digunakan, semua berbau green mulai dikerjakan,” paparnya saat memberikan sambutan pada Festival LIKE di Indonesia Arena GBK, Jakarta, Senin (18/09/2023).
Dia pun menyebut, sejumlah negara berbondong-bondong membangun industri baterai kendaraan listrik. Indonesia sebagai negara yang memiliki “harta karun” bahan baku baterai, seperti nikel, kobalt, dan mangan, pun tak ingin kehilangan kesempatan yang sama untuk membangun industri baterai di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Di semua negara industri baterai kendaraan listrik dimulai dan kita juga tidak ingin kehilangan kesempatan membangun industri baterai kendaraan listrik karena kita punya bahan baku di sini, nikel kita punya, kobalt, mangan kita punya,” tuturnya.
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) membeberkan kunci agar Indonesia bisa mengurangi besaran impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yakni dengan pemanfaatan bioenergi, sumber energi bahan bakar berbasis tumbuhan.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa perseroan memiliki ‘Program Langit Biru’. Pihaknya saat ini tengah mengkaji pencampuran bioetanal dengan kadar 7% dengan bensin nilai oktan (RON) 90 atau Pertalite.
Bila ini berhasil, pihaknya memperkirakan ini akan meningkatkan nilai oktan bensin RON 90 menjadi setara RON 92.
“Kita lanjutkan Program Langit Biru tahap 2 dari RON 90 ke 92. Aturan KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) minimal oktan yang boleh dijual itu 91, aspek lingkungan, menurunkan emisi karbon, bioetanol bioenergi terpenuhi, dan menurunkan impor. Kami akan keluarkan Pertamax Green 92, Pertalite dicampur etanol 7% jadi 92,” ungkap Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI di Jakarta, dikutip Kamis (31/8/2023).
Dia mengatakan, pemanfaatan bioetanol sebagai bioenergi untuk pencampuran ke dalam BBM akan didorong dengan alokasi 700 ribu hektar lahan yang digunakan untuk gula dan akan menambah sebanyak 1,2 juta kilo liter (kl) untuk campuran BBM.
“Ini kita yakini dapat berikan manfaat. Gradually 2025 kita harap kita push demand investasi bioenergy meningkat. Apalagi Perpres baru alokasi 700 ribu hektar untuk gula maupun etanol kita harap ada tambahan 1,2 juta kl untuk campuran gasoline,” tambahnya.
Dengan begitu, dia meminta dukungan dari Komisi VII DPR RI agar bisa mendorong adanya bioenergi yang mana bisa mengurangi jumlah impor BBM sekaligus menurunkan emisi karbon di Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Alasan Usulan BBM Pertalite Dihapus & Muncul Pertamax Green
(wia)