Jakarta, CNBC Indonesia – Harga beras terpantau tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Hari ini, Rabu (1/2/2023), Panel Harga Pangan mencatatkan kenaikan Rp30 dan Rp40 per kg beras premium dan beras medium.
Harga beras premium naik menjadi Rp 13.270 per kg, meski pada 25 Januari 2023 masih Rp 13.210 per kg. Sedangkan beras medium naik menjadi Rp11.640 per kg, dibandingkan posisi 25 Januari 2023 yang masih Rp11.600 per kg.
Harga ini adalah rata-rata nasional di tingkat pengecer.
Lalu bagaimana di tingkat produsen?
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menjelaskan, harga beras di tingkat penggilingan juga meningkat, begitu pula dengan harga gabah di tingkat petani.
Pada Januari 2023, harga rata-rata beras kualitas premium di pabrik naik 15,48% dibanding Januari 2022 menjadi Rp 11.345 per kg.
Sedangkan beras medium naik 15,14% menjadi Rp10.802 per kg, sedangkan rata-rata harga beras kualitas rendah di pabrik mencapai Rp10.228,00 per kg atau naik 13,16%.
Dibandingkan dengan bulan Desember 2022, harga rata-rata beras di pabrik pada bulan Januari 2023 berturut-turut untuk kualitas premium, sedang dan buruk
meningkat sebesar 3,57%, 4,15% dan 4,29%.
Sedangkan untuk harga rata-rata gabah, di tingkat petani pada Januari 2023 naik 16,52% menjadi Rp 5.837 per kg gabah kering (GKP).
Sementara itu, harga Gabah Kering (GKG) di tingkat petani naik 20,63% menjadi Rp6.501 per kilogram, dan Gabah kualitas buruk di tingkat petani naik 9,6% menjadi Rp5.164 per kilogram.
Dibandingkan dengan Januari 2022, harga rata-rata di tingkat pabrik pada Januari 2023 untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah luar meningkat masing-masing sebesar 16,72%, 20,24%, dan 9,53% menjadi Rp 5.973 per kg. Rp 6.615 per kg, dan biji-bijian kualitas asing Rp 5.284 per kg.
Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Januari 2023 meningkat sebesar 0,77% menjadi 109,84. Salah satunya dipengaruhi oleh peningkatan NTP subsektor tanaman pangan sebesar 2,07% menjadi 103,82.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga (NTUP) Pertanian yang merupakan perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (Ia) dan Indeks Biaya Produksi dan Barang Modal Tambahan (BPPBM) juga tercatat meningkat pada Januari 2023 sebesar 0,92% menjadi 109,95 dibandingkan hingga Desember 2022.
“Kenaikan NTUP ini karena indeks yang diterima petani 1,40% lebih tinggi dari indeks biaya produksi dan barang modal 0,48%,” kata Margo dalam keterangan pers, Rabu (1/2/2023).
Petani beruntung atau sial?
Namun, kenaikan harga beras dan NTP dan NTUP petani tidak serta merta menunjukkan bahwa petani gabah di Indonesia kini menikmati keuntungan.
“Ini siklus tahunan. Pada musim paceklik, harga yang diterima petani lebih baik dibandingkan musim lainnya. Wajar jika NTP dan kawan-kawan akhirnya naik. Tapi kenaikan 2% itu kecil,” kata Pengamat Pertanian itu. . Khudori.
“Toh, tidak banyak petani yang mampu berproduksi di musim paceklik. Jangan lupa bahwa NTP adalah perbandingan antara nilai yang diterima dengan yang dibayar petani. Itu hanya semacam nilai tukar. Tidak menyentuh surplus. produksi yang dijual atau tidak,” imbuhnya.
Pembangunan NTP dan NTUP selama ini, kata dia, disalahartikan sebagai proksi kesejahteraan.
Karena itu, lanjutnya, kenaikan harga beras dan beras yang tidak digali saat ini tidak membuat petani di Indonesia mendadak kaya.
“Ya nggak (petani yang cinta uang). Kalau gabah yang dia jual nggak surplus, dia memang dapat uang,” pungkasnya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Aduh! Harga beras terus naik
(dce/dce)