Jakarta –
Bencana alam, termasuk gempa bumi, pada dasarnya tidak dapat diprediksi karena terjadi di luar kendali kami. Namun, bukan berarti manusia putus harapan. Kita masih berusaha mengatasi bencana alam dengan terus belajar dari peristiwa yang telah terjadi.
Salah satu bentuk upaya manusia dalam menghadapi bencana alam khususnya gempa bumi adalah dengan alat pendeteksi gempa dan alat pendeteksi tsunami.
Jadi, kalau soal detektor dan peringatan gempa, Jepang bisa dibilang juara dari semua negara di dunia. Berada di wilayah rawan gempa, Jepang sudah berkali-kali mengalami gempa. Beberapa dari mereka bahkan sangat kuat.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Menyadari bahwa teknologi untuk memperingatkan orang dapat menyelamatkan ratusan hingga ribuan nyawa, para peneliti di Earthquake Research Institute (ERI) Universitas Tokyo telah menciptakan teknik baru yang mendeteksi sinyal gravitasi halus yang berjalan tepat sebelum gempa terjadi.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah “Earth, Planets and Space”, para peneliti menemukan informasi penting di antara sejumlah besar data seismik yang dihasilkan oleh gempa Tohoku 2011 di timur Jepang.
Penelitian ini terinspirasi ketika Profesor Shingo Watada membaca makalah dari Istituto Nazionale di Fisica Nucleare di Italia yang menyarankan gravimeter, sensor yang mengukur kekuatan gravitasi lokal, berpotensi digunakan untuk mendeteksi gempa bumi.
“Ini membuat saya berpikir, jika kita memiliki cukup data seismik dan gravitasi dari waktu dan tempat gempa besar, kita bisa belajar mendeteksi gempa dengan gravimeter dan juga seismometer. Ini bisa menjadi alat penting untuk penelitian fenomena seismik di masa depan,” kata Profesor Watada dikutip dari Earth.com.
Proses deteksi gempa
Saat gelombang seismik mentransmisikan energi melalui Bumi, kerapatan material bawah permukaan yang dilaluinya menjadi lebih padat dan menghasilkan tarikan gravitasi yang sedikit lebih besar.
Gravitasi dihasilkan dengan kecepatan cahaya, yang berarti bahwa gravimeter sensitif dapat menangkap perubahan kerapatan ini sebelum gelombang seismik tiba.
“Ini baru pertama kali ada yang menunjukkan sinyal gempa pasti dengan metode seperti itu. Yang lain sudah menyelidiki idenya, tapi belum menemukan sinyal yang bisa diandalkan,” jelas salah satu lulusan ERI, Masaya Kimura.
“Pendekatan kami unik karena mempelajari jaringan sensor yang lebih luas yang aktif selama gempa 2011. Dan kami menggunakan metode pemrosesan khusus untuk memisahkan sinyal gravitasi yang tenang dari data yang berisik,” jelasnya.
Para peneliti menggunakan berbagai data yang dikumpulkan dari instrumen seismik yang terletak di darat dan laut, serta mengumpulkan data dari gravimeter superkonduktor di Jepang tengah.
Analisis sinyal yang dilakukan oleh tim sangat andal sehingga mendapat skor yang dikenal sebagai akurasi 7-sigma, yang berarti hanya ada satu dari satu triliun peluang bahwa hasilnya akan salah.
Ini akan sangat berguna dalam kalibrasi instrumen masa depan yang dibuat khusus untuk mendeteksi gempa bumi. Profesor Masaki Ando dari Departemen Fisika Universitas Tokyo telah menciptakan jenis gravimeter baru, antena batang torsi (TOBA), yang bertujuan untuk menjadi instrumen pertama untuk tujuan deteksi tersebut.
“SG dan seismometer tidak ideal karena sensor di dalamnya bergerak sinkron dengan instrumen, yang hampir membatalkan sinyal halus dari gempa bumi,” jelas Profesor Nobuki Kame dari ERI.
“Ini dikenal sebagai Elevator Einstein, atau prinsip kesetaraan. Namun, TOBA akan menyelesaikan masalah ini. Perangkat ini mendeteksi perubahan gradien gravitasi bahkan saat bergerak. Awalnya dirancang untuk mendeteksi gelombang gravitasi dari big bang, seperti gempa bumi di luar angkasa, tetapi tujuan kami sekarang lebih membumi.”
Para peneliti kemudian membayangkan jaringan instrumen TOBA yang didistribusikan ke seluruh wilayah yang aktif secara seismik. Sistem peringatan dini ini diklaim mampu memperingatkan masyarakat 10 detik sebelum gelombang seismik pertama tiba.
10 detik mungkin terasa kencang. Namun, deteksi dan peringatan dini sesegera mungkin memiliki dampak yang sangat signifikan dalam upaya penyelamatan korban bencana.
Simak Video “Gempa M 6,8 Guncang Enggano Bengkulu!”
[Gambas:Video 20detik]
(rns/rns)