Jakarta, CNBC Indonesia – Bursa saham Amerika Serikat (AS) langsung ambruk pada awal sesi perdagangan Jumat (9/12/2022). Pada awal perdagangan, indeks Dow Jones turun 71,12 poin atau 0,21% menjadi 33.710,36. Indeks S&P 500 turun 0,39% menjadi 3.946,76. Nasdaq juga turun 0,72% menjadi 11.001,31.
Pelemahan hari ini menghapus kinerja luar biasa yang diposting oleh bursa saham AS pada hari sebelumnya. Pada perdagangan Kamis (12/8/2022), tiga bursa utama AS berakhir di zona hijau.
Dow Jones ditutup naik 0,55% sementara indeks Nasdaq melonjak 1,13% dan indeks S&P 500 naik 0,75%. Penguatan tersebut mengakhiri tren negatif pelemahan indeks S&P dalam lima hari perdagangan sebelumnya.
Saham-saham yang memperoleh keuntungan besar berasal dari produsen semikonduktor dan berbasis teknologi, mulai dari Amazon, Apple, Google, hingga Meta.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Anjloknya bursa saham AS kembali dipicu oleh data Producer Price Index (PPI) November yang dirilis Jumat malam ini.
PPI bulan November naik 0,3% (month-on-month/mtm), lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 0,3%. Kenaikan IPP dipicu oleh kenaikan harga jasa dan makanan, terutama sayuran segar.
Secara tahunan (year-on-year/yoy), IPP meningkat sebesar 7,4%. Angka tersebut merupakan yang terendah sejak Mei 2022 namun masih lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 7,2%.
IPP yang melebihi ekspektasi pasar menjadi perhatian baru. Dengan PPI yang masih tinggi, inflasi AS diperkirakan akan tetap kuat sehingga harapan pasar akan pelonggaran suku bunga acuan memudar.
Pasar kini menunggu data inflasi November yang akan diumumkan pada Selasa pekan depan (13/12/2022) atau sehari sebelum bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menggelar rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). FOMC).
Inflasi adalah pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya. Inflasi Oktober 2022 memang menurun menjadi 7,7% (yoy) dibandingkan September (8,2%) namun masih jauh di atas target The Fed sebesar 2%.
Jajak pendapat Reuters menunjukkan 93% responden mengharapkan Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin. The Fed telah secara agresif menaikkan suku bunga acuannya sebesar 375 basis poin sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.
“Sepanjang tahun, pergerakan pasar saham saat ini sangat bergantung pada data inflasi dan akan terus demikian,” kata penasihat kekayaan senior Payne Capital Management, Courtney Garcia, dikutip CNBC International.
TIM PENELITIAN CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Kekuatan Oktober sebagai “Pembunuh Beruang” Memudar, IHSG Aman?
(mae/mae)