Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam sepekan terakhir, harga sebagian besar mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar besar terlihat turun. Penurunan di tengah kinerja yang baik belakangan ini disebabkan kekhawatiran bahwa suku bunga The Fed akan “menggelapkan” ekonomi global.
Data Coin Market Cap pada Minggu (12/3/2023) pukul 12:10 WIB, menunjukkan bahwa dalam sepekan 10 koin kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar turun hingga 11%. Bahkan di hari terakhir, ada beberapa koin yang menguat.
Tercatat Bitcoin (BTC) anjlok 8,10% per minggu ke harga US$ 29.648 atau setara dengan Rp 457.952,63 (asumsi kurs US$ 1 = Rp 15.445). Sementara itu, Etherium (ETH) terpantau turun 5,77% dalam sepekan di US$ 1.480,58 atau setara Rp. 22.867.558,1 per shilling.
Selebihnya, ada 8 dari 10 koin yang mengalami koreksi mulai dari 2,3% hingga 11,97%. Sementara di minggu yang kuat, hanya ada 2 koin yaitu Tether (USDC) dengan sedikit kenaikan 0,99% dan Binance USD (BUSD) naik 0,54%.
Sebagai catatan, saat ini investor cenderung memasang mode wait and see. Pasalnya, investor masih mewaspadai kebijakan suku bunga ke depan dan berbagai data indikator ekonomi lainnya.
Guncangan di pasar crypto terjadi setelah mendengar pernyataan hawkish tersebut.
Ketua Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Dalam kesaksiannya di hadapan Senat AS pada Selasa dan Rabu pekan ini (7-8/3/203), Powell menegaskan komitmen The Fed untuk memerangi inflasi.
Ia bahkan mengatakan The Fed tidak akan segan-segan menaikkan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama guna meredam inflasi yang ‘bandel’.
Pasar saham ke crypto langsung terpukul. Suku bunga yang tinggi akan memberi tekanan tambahan pada nilai aset crypto karena meningkatnya beban perusahaan yang mengeluarkan crypto.
Sementara itu, tekanan terhadap harga kripto juga dipicu oleh kabar tidak mengenakkan mengenai ambruknya Silicon Valley Bank (SVB). SVB tumbang hanya 48 jam setelah rencana penggalangan dana untuk penambahan modal pada Rabu (8/3/2023). Bank berencana menambah modal sebesar US$ 2,25 miliar atau setara Rp 34,75 triliun (kurs US$ 1 = Rp 15.445).
Banyak perusahaan crypto atau perusahaan induk memiliki deposito di SVB. Ini termasuk Solano, BlockFi, Circle, Pantera, Longsor, Nova Labs dan Proof.
Dengan begitu banyak industri crypto yang melekat pada SVB, krisis di bank dengan cepat menyebar ke aset crypto.
CNBC International memperkirakan nilai pasar kripto tergerus hingga US$ 70 miliar atau Rp 1.081,2 triliun dalam 24 jam atau sehari. Tergerusnya nilai pasar crypto tidak terlepas dari runtuhnya aset crypto besar seperti Bitcoin.
Saat ini, investor masih mencermati gejolak yang terjadi di AS.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Robert Kiyosaki: Beli Aset Ini, Orang Miskin Bisa Kaya Otomatis
(Zephanya Aprilia/ayh)