Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia memiliki cita-cita menjadi negara maju pada tahun 2045. Namun, untuk menjadi negara maju, Indonesia harus memiliki generasi penerus atau tidak mengalami resesi kelamin.
Istilah ‘depresi seks’ secara khusus mengacu pada penurunan mood pasangan untuk berhubungan seks, menikah dan memiliki anak. Akhirnya, resesi seks dapat mempengaruhi penurunan populasi negara.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaskan idealnya suatu negara memiliki Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2.
“Jika angka fertilitas kurang dari 2 maka populasi akan cenderung mengalami pertumbuhan negatif, cenderung menurun,” jelas Hasto kepada CNBC Indonesia, Jumat (27/1/2023).
Hasto mengungkapkan, negara akan bertahan atau survive, jika angka kelahiran perempuan melahirkan anak perempuan.
“Karena kalau anaknya dua, hampir bisa dipastikan seorang perempuan akan melahirkan anak perempuan juga. Tapi kalau dia hanya punya satu anak, belum tentu dia melahirkan anak perempuan,” ujarnya.
“Padahal negara akan mempertahankan penduduknya, kalau perempuan diganti perempuan,” kata Hasto lagi.
Indonesia sendiri saat ini memiliki angka fertilitas 2,1. Masih banyak ketimpangan di banyak daerah, bahkan angka fertilitas mencapai 3.
Hasto mencontohkan, misalnya di Papua angka fertilitas mendekati 3. Kemudian di Nusa Tenggara Timur angka fertilitas berkisar antara 2,7 hingga 2,8.
Sedangkan di Sumatera Utara dan Sumatera Barat angka fertilitas masing-masing adalah 2,5 dan 2,6.
“Masih banyak (daerah) yang hamil terus menerus. Secara nasional (angka fertilitas) tidak merata. Tapi rata-rata nasional sudah 2,1,” kata Hasto.
“Jadi, kalau Indonesia bercita-cita menjadi negara maju pada 2045, tidak bisa lari dari generasi mudanya,” kata Hasto lagi.
Hasto mencontohkan seperti China yang dari segi skala ekonomi Negeri Tirai Bambu menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat.
Namun jika terdeteksi, China bisa menempati posisi ekonomi terbesar kedua di dunia, bukan hanya karena kemampuan fiskal atau perdagangannya. “Tapi juga SDM yang banyak. Itu yang penting,” ujarnya.
Namun, kata Hasto, sumber daya yang melimpah juga harus berkualitas. Jadi jika Anda memproyeksikan populasi akan tetap besar, maka banyak orang usia kerja yang perlu bekerja.
“Lagipula, ada yang terbelakang dan tidak pintar. Biasanya juga hanya menjadi kuli angkut dan pembantu, jadi susah. […] Nanti efeknya pada pertumbuhan ekonomi yang rendah,” ujar Hasto.
Karena itu, kata Hasto, menjaga pertumbuhan penduduk yang seimbang menjadi penting. BKKBN juga bertugas menjaga pertumbuhan penduduk di Indonesia agar seimbang.
Selain menjaga populasi, juga menjaga kualitas. Maka yang dilakukan BKKBN saat ini adalah berkoordinasi untuk mempercepat penanggulangan masalah stunting dari pusat ke kabupaten, hingga ke desa.
“Kualitas keluarganya, salah satu anaknya tidak bisa di kerdilkan.”
BKKBN juga menjaga agar tidak terlalu banyak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan atau tidak diinginkan. “Karena kalau terlalu banyak kehamilan yang tidak diinginkan, pasti akan banyak anak terlantar yang kualitasnya juga tidak baik,” imbuhnya.
Begitu juga dengan berbagai tugas BKKBN lainnya, agar Indonesia terhindar dari ancaman resesi seksual, sehingga cita-cita menjadi negara maju di usia emas atau 100 tahun pada 2045 dapat tercapai.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Resesi seks Korea Selatan semakin parah, orang-orang menolak untuk menikah dan hamil
(stempel)