Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir ke zona merah pada sesi perdagangan pertama Jumat (25/11/2022).
IHSG turun 0,65% dan ditutup pada 7.034,6 pada istirahat tengah hari. IHSG hanya mengalami sedikit peningkatan pada awal perdagangan dengan posisi tertingginya di 7.086,6. Posisi terendah IHSG malam ini berada di 7.031,8.
Wall Street ditutup tadi malam untuk Thanksgiving. Sentimen rilis risalah rapat FOMC masih belum cukup kuat untuk membawa IHSG tembus di atas 7.100.
Mayoritas indeks saham regional Asia juga melemah di zona merah sore ini. Hanya indeks Shang Hai Composite yang berhasil lolos dari koreksi dengan penguatan sebesar 0,44%.
Risalah tersebut juga menunjukkan bahwa dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, pejabat Fed dapat menilai dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.
Sebelumnya, harapan pelonggaran Fed muncul setelah tingkat pengangguran di Amerika Serikat naik pada Oktober, sementara inflasi mereda.
Mengacu pada FedWatch, 75,8% analis memperkirakan kenaikan sekitar 50 basis poin dan akan mengirim suku bunga acuan Fed menjadi 4,25%-4,5%.
Pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir memprediksi The Fed akan menaikkan 50 basis poin bulan depan, dan rupiah masih berjuang untuk menguat.
Selain itu, fokus utamanya sebenarnya bukan berapa banyak basis poin yang akan meningkat, tetapi seberapa tinggi tingkat suku bunga Fed pada akhir periode pengetatan moneter.
Di tengah kebingungan seputar suku bunga final The Fed, IHSG masih bergerak sideways dan belum menembus level psikologis 7.100. Untuk melihat arah pergerakan JHSG di sesi II, simak ulasan teknikal di bawah ini.
Analisis Teknis
Pergerakan IHSG dianalisis setiap jam dan menggunakan indikator Boilinger Band (BB) untuk menentukan area atas (resistance) dan bottom (support).
Jika melihat level penutupan sesi indikator IHSG dan BB I, indeks ditutup mendekati batas bawah BB 7.030.
Pergerakan JHSG juga terlihat dari indikator teknikal lainnya yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Harap dicatat, RSI adalah indikator momentum yang membandingkan besarnya kenaikan dan penurunan harga baru-baru ini selama periode waktu tertentu.
Indikator RSI berfungsi mendeteksi kondisi jenuh beli di atas level 70-80 dan kondisi jenuh jual di bawah level 30-20. Posisi RSI jatuh ke 41,23.
Berdasarkan indikator lainnya, yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 terlihat telah melewati garis EMA 26 dari atas.
Melihat berbagai indikator teknikal yang ada, masih ada peluang koreksi IHSG lebih lanjut. Jika IHSG jatuh di bawah 7.030, support terdekat ada di level psikologis 7.000.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
BOFIS Sekuritas Banyak Masalah, Bursa Akhirnya Turun
(trp/trp)