Jakarta, CNBC Indonesia – Bank Indonesia (BI) baru saja meluncurkan instrumen operasi moneter valuta asing (valas). Instrumen ini merupakan bagian dari perjuangan memulangkan Hasil Ekspor (DHE) yang sebagian besar bermukim di Singapura.
Seperti diketahui, eksportir menyimpan banyak dolar dari ekspor mereka di Singapura, mengingat tingkat bunga deposito lebih tinggi daripada di negara itu.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan instrumen tersebut akan memberikan imbal hasil simpanan valas yang kompetitif berdasarkan mekanisme pasar.
“Bank bisa meneruskan simpanan DHE dari eksportir. Jadi eksportir menyetor dana ke bank, kemudian bank bisa meneruskan ke BI dengan mekanisme pasar dan suku bunga atau imbal hasil yang menarik,” kata Perry dalam konferensi pers, dikutip Sabtu (24/12). . 12/2022).
Ia pun mencontohkan jika rata-rata bunga deposito valas 3,70%, maka BI akan menawarkan bunga kepada perbankan pada kisaran 3,75-4,0% melalui lelang.
“Perbankan masih akan mendapatkan spread. Tergantung kondisi, akan bergerak seiring waktu karena mekanisme pasar menyesuaikan perkembangan yang ada dengan suku bunga dan daya tarik eksportir terhadap hal ini,” kata Perry.
Perry berharap instrumen ini dapat menarik minat eksportir untuk menempatkan DHE-nya, khususnya eksportir di sektor Sumber Daya Alam (SDA). Selain itu, mereka mendapat manfaat besar dari sumber daya Indonesia.
Namun, instrumen ini pasti tidak akan bertahan lama. Wakil Gubernur Dody Budi Waluyo mengatakan, operasi moneter devisa dilakukan sementara. Disinggung soal batas waktu, Dody mengatakan BI belum memberikan batas.
“Pelaksanaannya sementara… (tanggal berakhirnya) belum ditentukan, sampai review nanti,” ujarnya kepada CNBC Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Halo Tuan Jokowi, IMF telah mengirimkan peringatan tentang ‘Dolar Kuat’!
(ha ha)