Jakarta, CNBC Indonesia– PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Asosiasi Industri Kehutanan Indonesia (APHI), dan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia ( APBI) meluncurkan Kemitraan Bisnis Proyek Percontohan Biomassa pada Co Firing PLTU Mulut Tambang di Sumatera Selatan.
Pilot project ini merupakan kerjasama antara pemerintah, BUMN, swasta, akademisi dan asosiasi dalam mengembangkan model kebijakan yang memungkinkan kerjasama di sektor pertambangan dan kehutanan.
Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Penanaman Modal, Nani Hendiarti mengatakan, penembakan bersama PLTU ini sebagai upaya pengurangan emisi.
“Kami berharap pelaksanaan pilot project ini dapat menjadi percontohan bagi perusahaan pertambangan dan perusahaan kehutanan lainnya untuk bekerjasama dalam memenuhi kebutuhan energi terbarukan di sektor domestik dan global,” ujar Nani dalam siaran pers, dikutip Kamis (22/ 22). 12/2022).
Ia juga menyarankan agar PLTU melakukan syuting bersama untuk melibatkan masyarakat setempat dalam produksi biomassa. Dengan begitu, program ini akan mendapat dukungan masyarakat dan keberlanjutannya dapat terjamin.
“Co-firing sangat penting. Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana program ini bisa berkelanjutan, sehingga harus melibatkan masyarakat. Ini sangat baik untuk kita dorong agar bisa dilakukan di sektor pertambangan,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menjelaskan, pembakaran bersama PLTU merupakan salah satu langkah percepatan transisi energi untuk mencapai target Net Zero Emissions pada 2060.
“PTBA terus bertransformasi dari perusahaan tambang batu bara menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli terhadap lingkungan. Saat ini, kami turut serta dalam percepatan transisi energi melalui Program Kemitraan Usaha Biomassa dan Batubara di Sumatera Selatan,” katanya. .
Untuk tahap awal akan dilakukan cofiring di PLTU Tanjung Enim 3×10 Megawatt (MW) PTBA. Pengujian co-fired biomassa di PLTU Tanjung Enim dilakukan secara bertahap dengan tahap awal 1-5%.
Menurut Arsal, cofiring juga menguntungkan dari segi ekonomi, dimana hutan produksi, lahan reklamasi, lahan terlantar yang tidak produktif, hingga lahan kritis/terdegradasi dapat digunakan untuk tanaman yang menjadi bahan baku biomassa.
“Dalam model dasar ini terdapat konsep pemanfaatan hutan produksi dalam skema kehutanan berbagai usaha, pemanfaatan lahan reklamasi, dan lahan terdegradasi menjadi sumber energi terbarukan berupa biomassa berbasis kayu yang digunakan sebagai co-firing batu bara. -Buka daya. Sehingga menambah nilai ekonomi tanah tersebut,” kata Arsal.
Selain proyek percontohan pengembangan biomassa, PTBA juga menandatangani perjanjian kerjasama untuk kegiatan restorasi mangrove. Kesepakatan kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut dari Memorandum of Understanding (MoU) yang telah disepakati pada 17 November lalu.
Kesepakatan ini melibatkan Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, PT Pelabuhan Indonesia (Persero), PTBA, PT Trimegah Bangun Persada (PT TBP), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Pengusaha Hutan Indonesia. Asosiasi (APHI), dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).
“Kami berterima kasih kepada Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, PT Pelindo, PT TBP, APHI, APBI, APROBI, dan GAPKI untuk bekerja sama dan bergotong royong menandatangani Perjanjian Kerja Sama Restorasi Mangrove Nasional,” kata Arsal.
Menurutnya, tujuan kesepakatan ini adalah untuk mempercepat pelaksanaan restorasi mangrove sebagai CSR untuk mendukung pencapaian target restorasi mangrove nasional.
“Saya mengajak Anda untuk bekerja sama secara efektif dan efisien dalam mempercepat transisi menuju energi bersih dan mempercepat pencapaian target restorasi mangrove nasional tahun 2024,” ujarnya.
Ia berharap melalui kerjasama ini target nasional restorasi mangrove seluas 600 ribu hektar pada tahun 2024 dapat tercapai. Dimana capaian restorasi mangrove di 32 provinsi pada tahun 2021 sebesar 34.912 ha dan target luas restorasi mangrove pada tahun 2022 sebesar 181.500 ha.
Ia pun berharap, kontribusi kelompok usaha milik pemerintah dan swasta untuk restorasi hutan dan mangrove pada 2024 bisa mencapai minimal 100.000 hektare.
“Restorasi mangrove merupakan program nasional yang masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Program ini merupakan salah satu pilar dalam upaya pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan mendukung pengembangan ekowisata di sekitar wilayah operasi perusahaan,” dia menyimpulkan.
Sebagai informasi, hadir dalam acara ini antara lain Deputi Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan Nani Hendiarti, Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan. Produk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Krisdianto, Asisten Deputi Perubahan Iklim dan Penanggulangan Bencana Kementerian Koordinator Kelautan dan Perikanan Kus Prisetiahadi, Asisten Deputi Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Tubagus Nugraha, Direktur Pemberdayaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil KKP Muhammad Yusuf, dan Koordinator Lindungan Lingkungan Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tyas Nurcahyani.
Selain itu, Direktur Utama PT TBP Roy Arman Afandy, Direktur SDM dan Umum PT Pelindo Ihsanuddin Usman, Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono, Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia, Komisaris PT Pelindo Marsetio, Sekjen APHI. Purwadi Soeprihanto, dan Ketua Pelaksana APROBI Paulus Tjakrawan.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
PLN Tambah 20% Biomass Mix ke PLTU
(bulu burung bulbul)