Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan menjatuhkan bom jet paling mematikan di Ukraina. Militer Rusia telah memasukkan pembom Tupolev Tu-22M3 terbaru ke dalam garis pertempurannya.
Saat itulah tentara Moskow mulai menderita kekalahan dalam perang mereka dengan tetangga. Kantor berita Rusia TASS melaporkan hal ini.
“Tupolev Aircraft Company telah mengirimkan pembom pembawa rudal Tu-22M3 terbaru ke penerbangan jarak jauh Angkatan Udara Rusia untuk operasi pasca-perbaikan di bawah rencana pengadaan pertahanan,” kata laporan itu. Daily Star, Kamis (12/1/2022).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Tu-22M3 yang dikirim adalah model lama yang telah diperbaiki dan ditingkatkan untuk pertempuran. Sebanyak 500 di antaranya akan dimodifikasi total,” katanya.
Menurut laporan, Tu-22M3 memiliki kecepatan tertinggi Mach 2,05 dan dapat membawa beberapa rudal hipersonik. Pesawat ini juga mampu mengirimkan bom dengan akurasi yang baik.
Rusia telah menginvasi Ukraina sejak 24 Februari. Kemunduran di Kharkiv dan Kherson memaksa Moskow mengubah taktik pertempurannya menjadi serangan terhadap instalasi energi.
Akibatnya, Ukraina mengalami kelumpuhan pada sistem listrik dan irigasi. Hal ini juga terjadi saat negara memasuki musim dingin, dimana kebutuhan energi meningkat.
Aliansi militer Barat NATO sendiri telah membahas pemulihan situasi energi di Ukraina. Sekjen NATO Jens Stoltenberg juga menegaskan bahwa serangan ini sebenarnya menandai kekalahan Rusia.
“Presiden Rusia Vladimir Putin mencoba menggunakan musim dingin sebagai senjata perang,” katanya kepada wartawan saat para menteri luar negeri NATO berkumpul di Bucharest.
Sementara itu, seorang mantan jenderal Inggris mengatakan Rusia tidak senang dengan Barat yang terus memberikan uang kepada tentara Ukraina. Karena itu negara-negara tersebut akan terkena imbasnya, seperti Inggris, Amerika Serikat (AS), Italia, dan Jerman.
“Orang-orang Rusia tahu betul bahwa krisis biaya hidup sedang menggigit… mencoba menghidupkan panas yang tidak mampu mereka bayar,” kata Sir Richard Barrons.
“Itu bisa melihat perubahan mood di Jerman dan Italia, dan di AS, di mana ada elemen (masyarakat di sana) yang mengatakan mengapa kita menghabiskan uang untuk hal-hal tidak berguna yang tidak pernah mengakhiri perang?” dia menambahkan.
“Jika Barat mematikan keran di Ukraina, Ukraina harus bertahan dan tetap di tempatnya,” katanya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Hot News: Rusia Umumkan Kemenangan, Hingga China Lockdown Kembali
(sef/sef)