Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan startup dikenal menawarkan gaji tinggi kepada karyawannya. Namun baru-baru ini salah satu pendiri perusahaan teknologi tersebut mengungkapkan bahwa gaji yang besar sebenarnya menjadi beban yang luar biasa bagi perusahaan.
Bahkan disebut-sebut sebagai salah satu alasan PHK oleh banyak startup.
Martyn Terpilowski bercerita tentang pengalamannya kehilangan seorang karyawan di sebuah perusahaan start-up dengan modal besar.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Tidak seperti kebanyakan startup yang mengandalkan dana eksternal dari investor, Terpilowski memulai perusahaan dengan modal terbatas, yang biasa disebut startup bootstrap.
Ia mengaku sulit bersaing di pasar tenaga kerja dengan perusahaan start-up yang mendapat triliunan rupiah dari investor dalam dan luar negeri. Alasannya, gaji yang mereka tawarkan tidak masuk akal.
“Saya tidak mau menyebut nama perusahaannya. Salah satu staf saya ditawari kenaikan gaji dari Rp 35 juta menjadi Rp 105 juta. Saya tidak bisa menyalahkan mereka yang hengkang. [perusahaan] saya,” katanya kepada CNBC Indonesia.
Padahal tawaran gaji itu untuk karyawan setingkat manajer di bidang pemasaran. Bukan di bidang rekayasa perangkat lunak yang katanya sulit ditemukan.
Ia juga mengkritik tingginya gaji yang diberikan kepada para pendiri dan anggota tim startup.
“Ini adalah konflik kepentingan yang luar biasa. Mengapa para pendiri perusahaan mendapatkan gaji yang begitu besar. Mereka harus mendapatkan bagian dari keringat membangun sebuah startup,” kata Terpilowski.
Kini, banyak karyawan yang keluar dari perusahaan Terpilowski setelah wabah tersebut mengakibatkan PHK massal di dunia startup.
Menurutnya, kesempatan kerja bagi pekerja yang terkena PHK masih sangat luas. Namun, mereka juga perlu berpikir lebih rasional dan menerima kenyataan baru.
“Dulu ada karyawan yang minta WFH [work from home] seperti yang dilakukan teman-teman mereka di startup, atau mereka mengancam akan berganti perusahaan. Ada kandidat yang datang untuk wawancara kerja, bahkan menolak membicarakan pekerjaan di kantor,” jelasnya.
Terpilowski kemudian menekankan bahwa loyalitas berjalan dua arah. Jika karyawan loyal terhadap perusahaan, maka perusahaan juga akan loyal terhadap karyawannya.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Saya sudah lama bekerja.. Bisakah saya menjadi seorang programmer?
(demi)