Jakarta, CNBC Indonesia – Swedia akan memasuki resesi yang lebih dalam dan lebih lama hingga 2024. Kabar ini disampaikan Kementerian Keuangan (MoF) negara itu pada Kamis (22/12/2022).
Kementerian Keuangan Swedia mengatakan ini karena kenaikan harga energi yang memicu inflasi, memukul rumah tangga dan bisnis.
Berdasarkan data terbaru, Produk Domestik Bruto (PDB) Swedia diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 0,7% pada tahun 2023, dibandingkan perkiraan November yang turun sebesar 0,4%. Sementara itu, inflasi secara keseluruhan diperkirakan sebesar 6% tahun depan, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,2%.
“Saya mengatakan pada bulan Oktober bahwa Swedia sedang menuju musim dingin ekonomi dan yang kita lihat sekarang adalah musim dingin tampaknya berlangsung lebih lama dari yang kita duga,” kata Menteri Keuangan Elisabeth Svantesson dalam konferensi pers, dikutip Reuters, Kamis (22/12). / 2022).
“Pertumbuhan yang lemah… tidak mungkin mereda hingga 2024,” tambahnya.
Perekonomian Swedia terlihat hanya tumbuh 1% pada tahun 2024, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 2%. Ini sebelum ekonomi pulih ke pertumbuhan 2,7% pada tahun 2025, menurut perkiraan kementerian.
Akibatnya, rumah tangga Swedia menjadi semakin suram dalam beberapa bulan terakhir, di mana mereka dilanda inflasi, kenaikan biaya hipotek, dan harga listrik yang tinggi. Tingkat kepercayaan konsumen di bulan November juga mendekati rekor terendah.
“Penting untuk mengatakan bahwa saat ini, kita tidak sedang melihat krisis ekonomi, kita sedang melihat krisis energi. Banyak orang benar-benar berjuang… tetapi perekonomian secara keseluruhan tidak,” kata Svantesson.
Bank sentral negara itu telah menaikkan suku bunga empat kali tahun ini menjadi 2,50% untuk memerangi inflasi yang melonjak. CPIF November, ukuran target inflasi Riksbank, adalah 9,5% pada November, jauh di atas target 2%.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Biden Menandatangani Ratifikasi Keanggotaan Finlandia & Swedia di NATO
(wow)