Jakarta, CNBC Indonesia – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) akhir tahun ini marak terjadi di Indonesia. Tidak hanya di perusahaan publik, atau startup, tetapi juga merambah ke perusahaan publik.
Efisiensi biaya, perampingan organisasi, memperlambat bisnis hingga menambah beban keuangan umumnya menjadi alasan perusahaan publik melakukan PHK.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Lalu penerbit mana saja yang melakukan PHK, berapa banyak dan alasannya apa, berikut daftar lengkapnya.
1.Indosat Ooredoo Hutchinson
Produsen telekomunikasi PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT) memutuskan untuk merumahkan 300 karyawannya.
Director & Chief Human Resources Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Irsyad Sahroni mengungkapkan, alasannya untuk meningkatkan kelincahan dan tumbuh lebih cepat sesuai tuntutan dan kebutuhan pasar saat ini.
Menurutnya, inisiatif reorganisasi sangat penting bagi keberlangsungan dan pertumbuhan bisnis perseroan ke depan. Inisiatif hak ini didasarkan pada strategi bisnis masa depan dan pertimbangan yang komprehensif.
2. Tri Banyan Tirta
Produsen air minum PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO) mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap 145 pekerja. PHK ini sejalan dengan PHK salah satu pabriknya di Sukabumi, Jawa Barat.
Tujuan penghentian kegiatan operasional pabrik adalah untuk mengefisienkan biaya operasional perusahaan, karena secara operasional biaya pabrik terlalu tinggi dan tidak efisien.
Seluruh produksi di pabrik dialihkan ke pabrik milik kelompok usaha (pabrik PT. Tirtamas Lestari) yang berlokasi di Sukabumi, Jawa Barat.
3. GoTo Gojek-Tokopedia
Perusahaan start-up PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengambil keputusan untuk melakukan pengurangan tenaga kerja sebanyak 1.300 orang atau sekitar 12% dari total jumlah karyawan tetap.
Chief Executive Officer GoTo Group Andre Soelistyo menegaskan keputusan ini tidak mempengaruhi layanan GoTo kepada konsumen dan komitmen perusahaan terhadap mitra pengemudi, dealer, dan penjual.
Menurutnya, keputusan ini diambil manajemen karena tantangan ekonomi makro global juga berdampak besar bagi para pebisnis di seluruh dunia.
4. Produsen Pakaian dan Sepatu
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga mengungkapkan 111 perusahaan di Jawa Barat telah merumahkan pekerjanya pada awal November 2022.
“Bahkan sebanyak 16 perusahaan telah menutup operasi produksinya yang berdampak pada pengurangan jumlah karyawan sebanyak 79.316 orang di Jawa Barat,” kata General Manager APINDO, Hariyadi B. Sukamdani dalam keterangan resminya, Rabu (22/10). . /11/2022).
Dari sektor alas kaki, berdasarkan laporan dari 37 pabrik sepatu dengan total 337.192 karyawan, terdapat 25.700 pekerja yang di-PHK karena dari Juli hingga Oktober 2022 terjadi penurunan pesanan sebesar 45%, dan untuk November hingga Desember 2022 produksi turun. hingga 51%.
Hariyadi berharap pemerintah terus konsisten dengan implementasi PP nomor 36 tahun 2021 terkait penggajian. Jika terjadi perubahan substansi, hal ini menunjukkan ketidakpastian pemerintah dalam melaksanakan reformasi struktural dasar terhadap perekonomian Indonesia.
Menurutnya, rencana membuat formulasi baru dalam perhitungan kenaikan UMP/UMK tahun 2023 akan menambah beban pengusaha yang saat ini menghadapi tantangan ekonomi. Jika ini dilakukan, sektor padat karya, UKM, dan pencari kerja akan menderita. Dari perubahan skenario tersebut, pemerintah memberi ruang kenaikan UMP 2023 maksimal 10%.
Sektor padat karya seperti tekstil, sandang, alas kaki, dan lain-lain akan mengalami kesulitan dalam memenuhi pemenuhan atau kepatuhan terhadap ketentuan hukum formal karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar.
Seperti yang kita ketahui, saat ini ada beberapa produsen pakaian dan alas kaki yang tercatat di bursa.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Berikutnya
Haji Isam ‘Temukan’ Uang, Pimpin IPO Jhonlin Agro Rp 366 Miliar
(ha ha)